Tuesday, January 21, 2020

Meme Sebagai Sarana Literasi Berbahasa Daerah



Bahasa Daerah merupakan bahasa berbeda-beda yang dimiliki setiap daerah di Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, orang – orang mulai lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa daerah. Hal ini dikarenakan kecepatan informasi yang saat ini diterima setiap orang yang berskala nasional. Jika perkembangan zaman yang membuat terkikisnya penggunaan bahasa daerah, maka diperlukan juga solusi yang sesuai perkembangan zaman. Dan disini mim adalah sarana informasi yang perkembangannya meluas dan bisa dikatakan setiap orang tau atau pernah dengar mim.

Menurut Eno Bening dalam video “Apa Itu Meme?”, mim adalah literasi internet, dimana suatu gambar/video dikatakan sebagai sebuah mim jika memiliki 3 syarat, yaitu : memiliki pesan tersirat, tidak berdiri sendiri, dan memiliki format.

Singkatnya, mim adalah sebuah gambar atau video yang memuat ide dan gagasan yang tersirat sesuai dengan format mim yang ada. Pada umumnya mim digunakan untuk memparodikan suatu fenomena dengan tujuan menghibur. Dengan mengkombinasikan format mim dan fenomena yang ingin disampaikan, maka akan tercipta suatu esensi mim. Proses menuju pencapaian esensi mim ini adalah sebuah  literasi (meme). Dalam hal ini, membuat sebuah mim yang  mengkombinasikan antara literasi mim dan literasi berbahasa daerah akan menciptakan suatu sarana pembelajaran baru.

Dalam proses pembuatan mim, ada poin poin penting yang harus diperhatikan, yakni:
1.     Format, adalah struktur dari pembuatan mim itu. Setiap format mim yang sudah ada memiliki struktur yang berfungsi untuk mengarahkan informasi/bahan yang dicantumkan baik berupa gambar lain ataupun tulisan. Maka jika ingin membuat format mim baru, diperlukan pemahaman untuk menentukan kemana format mim tersebut mengarahkan konteks mimnya.
2.      Bahan, adalah segala sesuatu yang dicantumkan untuk mengisi format mim yang digunakan.
3.      Konteks, adalah hasil dari format mim yang ditambahkan bahan mim. Konteks mim berupa informasi tersirat akan sebuah fenomena yang hanya bisa dipahami jika sudah paham arah penggunaan format mim dan makna bahan mim yang dicantumkan.

Layaknya sebuah puisi, mim harus memiliki pesan tersirat, sehingga para pembaca berusaha untuk memahami isinya. Karena mim memiliki format dan difokuskan untuk memberi pesan yang tersirat, maka untuk membuat mim dengan konteks dan pesan berbasis bahasa daerah, diperlukan 2 pemahaman yang berbeda, yakni pemahaman format mim dan pemahaman bahasa daerah. Diperlukannya pemahaman ini yang membuat mim berbeda dengan poster, pamphlet atau pun gambar lucu lainnya.

Ini adalah salah satu contoh mim. Disini saya membuat mim dengan menggunakan format mim “You Better Watch Your Mouth” yang berarti “Sebaiknya Kau Jaga Mulutmu” dari Animasi Spongebob, dimana mim dengan format ini menjelaskan tentang bagaimana suatu kata atau kalimat yang sebenarnya biasa saja bagi subjek A(Orang Sunda), tetapi dianggap kasar oleh subjek B(Orang Bali). Untuk memahami pesan yang ingin disampaikan mim ini, anda harus memahami format mim yang digunakan, juga memahami fenomena arti kata “cicing” dalam bahasa Sunda, dan arti kata yang sama dalam bahasa Bali. Ketika suatu bahan mim dicantumkan   tidak sesuai dengan format yang digunakan, maka akan disebut misused meme (mim yang salah), inilah mengapa dibutuhkan literasi untuk membuat mim. Format mim bisa diciptakan sendiri , sedangkan format mim yang sudah ada tidak bisa diubah, namun bisa dikembangkan asalkan arah dari pesan yang ingin disampaikan tetap sesuai format.

Terciptanya sebuah mim memicu otak kita untuk memahami pesan tersirat yang terkandung, dan pesan tersirat dari sebuah mim memicu otak kita untuk memahami fenomena yang terja. Disinilah proses literasi itu berlangsung.

Perkembangan mim juga sudah tercium oleh pemerintah. Pada Bulan Agustus 2019, Kemendikbud mengadakan lomba membuat mim dalam FLS (Festival Literasi Sekolah) yang diadakan di jenjang SMA. Namun event tersebut mendapat banyak kritikan dari netizen dikarenakan mim buatan para pemenang pada lomba tersebut tidak sesuai dengan definisi mim yang berkembang di internet.

Lalu selanjutnya pada tanggal 1 februari 2020,  Dinas Kebudayaan Provinsi Bali akan mengadakan suatu event perlombaan bernama Bulan Bahasa Bali yang bertujuan sebagai penguatan budaya berbahasa Bali, dan salah satu lombanya adalah Lomba Pembuatan Meme Online Berbasis Bahasa, Aksara dan Sastra Bali.

Jika ditelaah lebih dalam lagi, ternyata Presiden Jokowi sudah melihat perkembangan mim sebagai sebuah literasi sejak 3 tahun lalu, sehingga beliau mengusulkan adanya Jurusan Meme ketika berpidato di Jakarta bulan agustus 2017. Disini sudah terlihat bahwa pemerintah benar benar serius dalam menjadikan mim sebagai sarana literasi.

Namun, adanya perspektif yang berbeda antara Kemendikbud dengan Mimer (pembuat meme) Indonesia membuat pemahaman akan definisi dan tujuan  mim tidak mendapatkan titik temu, sehingga diperlukan suatu kajian yang lebih mendalam mengenai perkembangan mim sebagai literasi ini.

Comethazine-Walk